"Itsu made mo kawaranai"itulah kalimat terakhir yang diucapkannya, dia membisikkan kalimat itu tepat di telinga ku.Aku tak mengerti apa maksud kalimat itu. Sejak saat itu aku tak pernah melihatnya.
Di airport
"rikaaaaa-chan, aku kangeen banget." teriak miyuki sambil berlari merangkulku.
"miyu-chan, tenanglah. Aku juga merindukanmu."
"loh? Mana haruki-san? Kau janji akan mengenalkannya padaku, bukan?" selidiknya dengan gaya detektif.
"emm..dia..sebenarnya, dia.."
"hm? Ada apa rika-chan? Ada yang kamu sembunyikan dariku ya?"
"em..bukan begitu, ceritanya panjang." jawabku ragu.
"aku akan mendengarkannya dengan senang hati."
miyuki nadeshiko adalah sahabatku, dia seorang gadis yang terlahir dari keluarga kaya raya. Dia hidup bagaikan putri raja, semua yang diinginkannya dapat diraih. Semua itu tidak menjadikannya gadis yang manja dan sombong. Aku berteman dengannya sejak di SMP, saat itu dia menjadi idola di sekolah kami, aku bahkan tidak menyangka akan menjadi teman baiknya.
"jadiii?" tanyanya sambil menyalakan mobil.
"waaah, jadi kau memiliki mobil pribadi?" aku berusaha mengalihkan perhatiannya, dia malah mendelik padaku.
"okee, okee.. Aku akan cerita semuanya. Ini semua berawal ketika .."
flash back
"BAKA!! ini semua gara-gara kau, baju ku jadi kotor begini!"
"eh? Dimana sopan santun mu? Bukannya terima kasih, malah marah-marah. Dasar anak muda jaman sekarang..ckck"
"nani? Siapa juga yang mau terima kasih sama orang kaya kamu. Dasar sok tua!"
"sudaah sudaahh, kalian tidak perlu ribut disini. Ayo ikut sensei, ada yang ingin sensei bicarakan dengan kalian." ucap sensei yoshimori nakai.
"kenapa aku juga? Sensei, jelas-jelas itu salahnya. Ngapain aku dibawa-bawa segala?"
"rikako segawa, jaga bicaramu!" gertak sensei dengan mata mendelik.
"sumimasen sensei.."
di ruang guru..
"coba jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" selidik sensei.
Aku baru mau mengeluarkan suara, hendak membela diriku, tiba-tiba..
"ini semua salahku sensei, aku menceburkannya ke lumpur." ucap sora haruki.
"eehh?" aku terbelalak kaget, aku gak nyangka dia bakal melindungi aku. Jelas-jelas itu semua salahku. Aku tidak mau disalahkan, karena aku murid pindahan yang hanya mengandalkan beasiswa, sekali membuat kesalahan pasti menjadi catatan para guru.
"jadi, itu salahmu, haruki-san?" tanya sensei.
"iya, sensei. Maaf atas semua keributan ini." akunya sambil membungkuk.
Sungguh, diluar dugaan. Aku pikir dia hanya manusia es yang hanya bisa berdebat dengan ku, dan aku tidak mengira dia punya hati.
"yasudah, karena kau selalu jadi juara kelas, kau kumaafkan Haruki-san. Walaupun kau sangat berprestasi dalam akademik dan olahraga, tidak sepantasnya kau melakukan hal seperti itu." jelas sensei.
"saya mengerti." sora haruki mengangguk pelan.
"kalian boleh kembali ke kelas kalian, tetapi ingat haruki-san jangan ulangi perbuatanmu."
"terima kasih sensei."
aku masih terpaku diam, aku bahkan tidak mengerti harus bicara apa.
"ayo segawa-san." ajaknya keluar sambil menggeret tanganku (read:menggandeng).
setelah di koridor, aku masih mendungkuk malu, betapa egoisnya aku? Padahal dia melindungi aku, mengapa aku malah berniat jahat padanya?
"hei, ada apa denganmu?" tanyaku sambil mendungkuk, dia tidak menjawab.
"mengapa kau berbuat seperti itu?" tanyaku lagi.
"bukan urusanmu" balasnya ketus.
"cih, kau ini gila ya?" tatapku dengan muka sebal.
"tapi kali ini aku berhutang, terima kasih . ." ucapku sembari tersenyum, karena malu aku pun langsung meninggalkannya.
*sudut pandang cowo*
"geez, ngapain dia senyum kaya gitu. Berasa cantik apa ya!" ucapnya sambil memerah.
Bersambung.. Nah para pembaca sekalian, kalian pasti udah duga kan kalo mereka mulai saling jatuh cinta...eeiiitss tapi kenyataan berkata lain, mereka yg memutuskan bertahan atau tidak..
Next issue : seru deh!