Monday, August 18, 2014

no caption

Belakangan saya merasa novel saya tidak akan pernah ada ujungnya, novel yang diangkat oleh sebagian kisah nyata memang agak berat. Kadang memang kisah nyata lebih mengharu biru, lebih rumit, dan tidak terduga, ya itu lah kuasa Allah. Mungkin akan lebih nyaman dituturkan apabila itu murni imaji kita, menulis dan menulis, sesuai apa yang kita bayangkan.


Ibaratnya nih, di tulisan mungkin kita dapat menentukan happy ending dengan mudah, tetapi di kenyataan proses mendapatkan akhir yang bahagia itu adalah proses selama hidup kita. Bagaimana kita memperlakukan orang lain, bagaimana sikap kita kepada orangtua, banyak "bagaimana" yang harus kita perhatikan, karena di kenyataanpun, setelah menikah pasti ada masalah, nah tugas kita adalah menemukan solusi atas ijin Allah, jangan sampai masalah tertimbun selama berlarut-larut, di dunia nyata kejujuran dan saling percaya itu penting.

Mungkin di novel atau cerita fiktif lainnya, ada kisah si kaya dan si miskin, tetapi di kenyataan tidak sesimpel itu, ketika si kaya berubah menjadi si miskin, banyak terjadi culture shock disana. Dia harus bekerja ekstra keras demi cita-cita, dia harus membuktikan kepada sang penghina bahwa dia bisa, kadang cercaanpun tidak sedikit, lalu kadang dia harus menjawab pertanyaan-pertanyaan bodoh yang kadang menyakiti hatinya. 
Tentu itu tidaklah gampang, dahulu dia biasa hidup dibawah naungan orang tua serba ada, dia selalu merasa aman kapanpun dan dimanapun, sekarang dia harus berjuang agar orang tua mereka bahagia di hari tua, dengan perasaan tidak aman setiap ada tamu berkunjung atau setiap dia di luar rumah, dia harus waspada setiap waktu dan dimanapun.

Begitulah kira-kira perbedaan fiksi dan nyata, kita sebagai manusia hanya bisa mengikuti alur Allah. Ibaratnya nih, orang seperti kita kalau tidak punya mimpi pasti akan mati. Maka itu kita wajib bermimpi, agar bisa melihat harapan sekecil apapun untuk bertahan, ini petuah untuk semua kalangan, si kaya, si miskin, si kaya yang menjadi miskin, si pintar, si yang berusaha untuk pintar, si berpendidikan, si yang ingin berpendidikan.
Sebagian dari hidup adalah mimpi, sebagian lagi terjemahan bebas atas mimpi.

Sunday, August 3, 2014

Let me say something.

Hai pembaca yang budiman, post yang sebelumnya itu hanya sebuah tulisan saja. Tiba-tiba kata-kata tersebut muncul di kepala saya dan karena saya mulai bingung dengan novel yang saya buat, jadi saya bikin saja post baru. Bagi yang mengenal saya, mohon jangan salah paham.

Entahlaah, jangan tanya saya. Membuat novel cinta, tetapi belum pernah tau rasanya dicintai. Membuat novel tentang kekasih, tetapi belum pernah punya kekasih. Ini tuh seperti meraba-raba huruf braille bagi orang awam, coba deh kita raba hurufnya, susah dimengerti. Sedangkan bagi tuna netra, mereka mengerti bagi yang memperlajarinya.


Ah bicara apa saya. 


Oh iya, belakangan saya sedang memperdalam bahasa jepang saya. Dulu sudah khatam sih, tetapi begitu lulus SMA sudah tidak pernah menyentuh buku-buku lusuh tersebut. Akhirnya saya mengisi kekosongan saya dengan memperdalam hiragana, katakana, kanji dan semua yang pernah sensei saya berikan sewaktu SMA. Dan saya juga sedang belajar menggunakan bahasa Indonesia baku, entahlah dari kecil saya sangat menikmati belajar bahasa. Tidak seperti teman-teman kebanyakan yang begitu bergairah mengerjakan soal-soal eksakta, ya walaupun jurusan saya di SMA adalah IPA. Sebenarnya saya tidak tertarik, kecuali kimia. Hal ini pernah saya ceritakan di post-post sebelumnya.


Banyak sekali salah langkah dalam hidup saya, tetapi bukankah itu yang mendewasakan kita?

Friday, August 1, 2014

Pain.

Menyebalkan, aku memang terlalu lemah. Baru saja aku melupakan semua tentangmu, tetapi begitu dapat kabar tentangmu, mengapa aku selalu ingin tahu? Padahal bisa saja aku pura-pura tidak peduli.
Kamu sendiri yang menjauh, kamu yang pergi, dan dulu kamulah yang datang padaku.
Seolah hidupku dipermainkan olehmu, padahal banyak hal yang lebih penting dibandingkan kamu, aku bahkan bisa melupakan masalah-masalah yang menimpaku..hanya dengan memikirkanmu.

Bayangkan seberapa dalam kamu mendominasi dan memanipulasi seluruh kehidupanku, memang kamu tidak pernah memikirkanku, tetapi aku?

Aku yakin, kamu tidak pernah sedikitpun menyebut namaku. Entah mengapa namamulah yang tersebut disetiap aku menyebutkan nama seseorang. Kadang aku merasa konyol, ini semua gila. Semua itu bahkan tidak nyata, aku tidak pernah mempunyai kenangan nyata tentangmu. Semuanya hanya mimpi indah yang tidak pernah terwujud.

Tolong, ajari aku cara mengenyahkan kamu dari hidupku... kamu terlalu baik.

You shouldn't be like this..right then, the naive me just crashed into the sounds of love.