Tuesday, January 6, 2015

Manusia Setengah-setengah

Manusia setengah-setengah, begitulah sebutan ibu kepadaku. Aku, hampir selalu terbawa khayalan setiap membaca, mendengar, merasakan setuatu, tapi disaat melakukannya, aku hanya melakukannya setengah jalan. Mengesalkan mungkin bagi orang disekitarku, pikiranku mampu berubah dalam hitungan hari, bahkan dalam hitungan jam. Aku peragu, entah apa yang menyebabkan aku ragu dalam hidup, atau aku memang terlampau jauh dari-Mu? 
Kadang disaat kulelah dalam perjalanan, aku bertanya, "kemanakah seharusnya aku pergi? Apa jalan yang aku pilih ini benar? Atau semua hanya khayalan mulukku? Entah.."

Mimpiku jelas, ya aku ingin sekolah tinggi, bahkan sampai S4 pun kujalani. Aku ingin ke Jepang, jelas sejak kelas 3 SD aku sangat terobsesi dengannya. Aku ingin punya rumah untuk bapak dan ibu, karena aku bosan menjadi manusia pra-sejarah. Aku ingin punya keluarga sakinah, mawadah dan warohmah, punya suami yang menjadi imam sesuai khayalanku, punya anak dua kalau bisa sih kembar dan sepasang, tapi aku bersyukur dengan siapapun anakku kelak. Aku ingin jadi ibu rumah tangga yang mengurus anak-anakku dengan cinta dan kasih sayang, serta mengenalkan mereka tentang agama, dibalik itu aku juga seorang wanita karier yang mempunya restoran jepang dan taman baca untuk anak-anak jalanan. Aku ingin menghabiskan masa tuaku bersama suamiku, anak-anakku serta cucu-cucuku. Aku ingin keliling eropa, aku ingin sekali melakukan banyak hal, aku bahkan berharap menjadi Menteri Luar Negeri.

Lalu mengapa aku belum kemana-mana sekarang? Aku bahkan belum melangkah menuju sarjana, sedangkan teman-temanku beberapa sudah keluar negeri..
Hmm mungkin, mimpiku belum mendapat restu dari-Mu.. Mungkin aku terlampau jauh dari-Mu, sehingga aku tidak pernah konsisten dalam hidupku. 

"Ya Allah, aku bosan menjadi manusia setengah-setengah. Aku ingin hidup bebas mengejar mimpiku. Tanpa ragu. Tanpa Takut. Aku ingin mendekatkan diri kepada-Mu Ya Allah. Kepada-Mu sang pemilik alam semesta, Ya Allah. Agar mimpi bukan sekadar bunga tidur, agar khayalan tidak menipu akal sehat, dan 
agar harapan selalu hadir disetiap tangisku."

6 januari 2015.

Saturday, January 3, 2015

Hai, dunia!

Hai dunia! Kali ini aku memberanikan diri untuk berbagi pengalaman, tahukah kalian aku ini seorang pemimpi? ya aku memang percaya bahwa Allah Mahabesar, maka akupun percaya, bahwa mimpiku adalah harapan menuju lebih baik. Tentu, tak mudah jadi aku, berbagai macam problema hidup ku jalani dalam dua tahun terakhir. 

Apa aku menyerah? tentu saja, manusiawi bukan? menyerah disaat keadaan menolak berteman denganmu, aku terus memanjakan egoku dalam kesedihan, kesedihan yang tak berujung. Aku bahkan hidup dalam ketakutan, takut untuk berkomunikasi, takut untuk keluar rumah, bahkan takut bertatap muka dengan manusia lainnya. 


Aku menjadi manusia tertutup dan emosional, menangis adalah pelarianku, setidaknya dengan menangis aku bisa melegakan semua emosiku, tapi itu hanya sementara. Setelah itu masalah-masalah selanjutnya pun muncul.



Sungguh sangat menyedihkan hidupku kala itu. Aku bahkan tidak dapat membantu orang tua ku, aku hanya menikmati kesedihanku, tanpa berniat berpikir positif sedikitpun. Kelamaan aku sadar bahwa ini tidak baik, ibu butuh aku, bapak butuh aku, aku tidak boleh terus bersedih. 

Aku mulai melihat kedepan, aku tidak ingin merasa sedih walaupun sedetik, begitu tekadku. Mengajar di sekolah dasar swasta ternama di Tegal pun kujalani, tapi karena aku hanya lulusan SMA, setelah beberapa hari bekerja aku dipindah ke playgroup. Sedih sekali, ternyata gelar sepenting itu. Tapi aku tak mau sedih terus menerus, ternyata tak seburuk dugaanku, senyum anak-anak itu membuatku luluh. 

Aku memang menyukai anak-anak, bagaimanapun cita-citaku sewaktu kecil memang ingin seperti ibuku, yakni ibu rumah tangga, walaupun ibu kini juga bekerja bersama bapak di warung padang kami. Anak-anak itu penghilang dukaku, tapi ternyata memang melelahkan sekali mengurus anak usia 3-4 tahun. Aku jatuh sakit dan akhirnya berhenti dari sekolah tersebut dalam jangka mengajar kurang lebih tiga bulan. 


Namun, aku tetap tidak ingin berhenti mengajar, akupun mengikuti komunitas di Tegal yang tujuannya untuk mempercerdas anak daerah yang kurang mampu. Fokus komunitas tersebut adalah mata pelajaran komputer, tetapi berhubung aku pandai berbahasa inggris, para panitia komunitas tersebut memintaku mengajar bahasa inggris juga. Sekarang kegiatanku hanya membantu orang tua dari siang sampai sore, karena paginya harus mengajar. Berbagai pekerjaan aku jalani, tapi satu yang tak akan pernah lepas dari otakku, 
"aku ingin kuliah, aku ingin bermanfaat bagi orang lain dan aku ingin mengangkat derajat orangtuaku."