Thursday, August 31, 2017

Cahaya

Cahaya
Hai cahaya
Kau tau kenapa aku memanggilmu cahaya?
Melihat tawamu, sementara ini adalah alasan bahagiaku.
Melihat kelembutan matamu, adalah salah satu penenangku.
Melihat sedihmu, alasanku membahagiakanmu.
Melihat apapun tentangmu, sementara ini adalah alasanku untuk berjuang.
Kadang aku tak ingin kata "sementara" terucap,
akupun belum sepenuhnya percaya akan kata "selamanya".
Yang ku yakini adalah Takdir Allah
Dia telah mempertemukanku denganmu, sumber cahayaku.
Melaluimu,
Allah telah memberikan energi penghilang sendu.
Melaluimu,
Allah mengurai kusut dalam kemelut.
Melaluimu,
Allah memberiku cahaya.
Cahaya yang bersinar samar,
kemudian menerangi keseluruhanku.

untuk Cahaya ku
Tegal, 17 Januari 2017


Friday, August 25, 2017

Selendang Sayyida - Hajar Intan Pertiwi

Selendang Sayyida
Oleh Hajar Intan Pertiwi

            Sayyida duduk termenung di pinggiran bebatuan pesisir pantai. Ia menatap langit. Mungkin menatap terik sang surya yang mengajaknya untuk sekadar berenang di pinggiran pantai, mungkin pula memandangi Gunung Slamet yang berdiri dengan gagah. Kekecewaan berujung luka yang sering ia alami. Butiran-butiran air mata mengalir di sudut-sudut mata indahnya. Gelombang laut memuntahkan riak di bibir pantai. Ia membiarkan kaki halus kecokelatan tak beralas tertanam di antara pasir, sesekali air laut menghampiri, mengajak dan merayunya untuk bermain. Selendang di lehernya menari-nari, seolah ingin dimainkan.