Friday, March 21, 2014

Cinta dalam diam

Hai nama saya Nami, saya adalah seorang murid SMA biasa yang sedang dalam masa puber, wajar saja jika hormon ini mengantarkan saya untuk menyukai kakak kelas saya, Jacob Black, biasa disapa Jake. Dia kelas 12, saya menyukainya sejak kelas 10, lebih tepatnya hanya mengagumi dari jauh. Dia adalah teman kakak saya, orangnya baik, sangat baik.

Entah mengapa perjalanan cinta saya tidak semulus tokoh fiksi yang saya baca di novel maupun manga, padahal saya sendiri tumbuh di negara yang terkenal dengan cerita fiksi yang imajinatif, yaitu Jepang. Banyak hal yang ingin saya ketahui, apa itu cinta, bagaimana rasanya dicintai, aaaa membayangkannya saja sudah membuat saya malu hehe.



"Aisshh sial, aku terlambat lagi! Semoga masih sempat, ayo ayo Namiii!"

BRUGG
"Hei lihat apa yang kau lakukan, bukuku jatuh semua tahu!!!"
"Maaf, saya buru- buru.. Nam..Nami?"
"Eh Pa..pag..pagii Kak Jake! Maafkan aku hehe, aku kira orang rese."

Sungguh ini pagi tercanggung yang pernah terjadi, siapa yang mengira saya menabrak dan memarahi orang yang saya sukai. Sial. Yey. Sial karena saya harus menunjukkan muka marah saya yang kata orang seperti hulk, sedangkan Yey karena awal pagi bertemu malaikat yang mempunyai keindahan di setiap sisinya.


"Nami? Nami?" Panggil Kak Jake sambil menggoyang-goyangkan tangannya ke muka saya, dan membuyarkan lamunan jorok saya di pagi hari haha.

"Ii..iyaa Kak?" Jawab saya gerogi.
"Buruan sana ke kelas, ini sudah masuk jam pelajaran."
"Siap Kak!! Makasih ya!" Hormat saya dengan salah tingkah dan lari menuju kelas. Hormat disini dalam arti sebenarnya, saya meletakkan tangan saya di kepala layaknya polisi. Saya melihat Kak Jake tertawa melihat tingkah saya, saya senaaang kyaaahhh.

"Namiii!! Kapan kamu bisa tepat waktu datang ke Sekolah?!"

"Sial, kena marah lagi deh gue." Bisik saya kesal.
"Kamu bicara sesuatu Nami?" Lirik Bu Mia sinis, tapi dia baik kok sebenarnya.
"Tidak bu. Boleh saya duduk bu? hehe"
"Hm!"

Pagi yang cukup melelahkaan, semoga ini awal hari yang indah. Kyaaah Kak Jakee, saya menenggelamkan pikiran saya ke dalam khayalan liar yang  saya buat. Dimana saya menjadi kekasih Jake dan kita sangat bahagia. Ah andai itu semua nyata.


"hai!! Minami Yamada!!" terdengar sayup sayup suara yang membuyarkan lamunan saya.

"astaga! Apaan sih! ngagetin aja!!" sahut saya kesal.
"Dengar ya Minami Yamada, saya sudah memanggilmu ribuan kali, harusnya yang merasa kesal itu saya tahu!"
"Iya bawel, ada apa kau kesini? Ini kan masih jam pelajaran."
"Ih dasar stres ya, lihat dong sekelilingmu, ini jam istirahat tahu. Ah sudahlah, eh saya kesini mau mengasih tahu tentang latihan basket putri jam 3 sore di lapangan belakang. Jangan telat!"
"Iya kak Tsubasa yang namanya seperti anime Captain Tsubasa yang harusnya main bola sepak bukan basket." Gurau saya
"Ck anak aneh, beri tahu anggota putri yang lain ya."
"Siaap bos besar!"
"Oh iya, tolong dong balas smsku."
"Oalah aku pikir itu semacam broadcast, jadi aku gak bales deh muhehe." Jawab saya asal.
"Terserah kamulah, Minami!" Sahut Kak Tsubasa kesal.
"Dadaah boos haha." 
"Hm!"

Tsubasa adalah wakil Kapten ekstrakulikuler basket, dia orangnya tidak segalak kelihatannya kok. Dan dia sangat amat populer, entah apa yang mereka lihat dari sosok Tsubasa itu. Ah sudah, nanti ada yang mengira saya menyukainya haha.


DUGG!! DUGG!! DUGG!!~ #suara bola basket


"HYAAAATT!! Berhasil!"

"Wah Nami kereen, three point shoot yang sempurnaa!" Sorak teman-teman seteam saya.
Saya tersenyum lebar, lalu mendribble bola dan hendak memasukkannya ke ring sekali lagi. Tiba-tiba lelaki berkulit sawo matang sexy itu mengambil bola saya sembari menatap saya, dan saya terhipnotis oleh tatapan matanya itu.

"WHOOHOO!! Jake memang kereeen!!"


Tiba-tiba saya mendengar suara teriakan, tetapi saya masih terdiam, mata coklat yang meneduhkan, mata yang memancarkan pheromone yang membuat siapapun yang melihat menjadi terpana. Setelah menembakkan bola ke ring, dia menghampiri saya dan mengacak-ngacak rambut saya, dan berkata


"Kau hebat Nami." Senyumnya sungguh bagaikan cahaya yang menembus celah-celah pohon rindang yang hangat dan meneduhkan. Saya tersenyum salah tingkah, dia melangkah menjauh.

"Huh, biasa saja." Ucap Kak Tsubasa tiba-tiba. Saya tidak mempedulikannya, menyebalkan memang pak wakil yang satu itu. 
“Sudah, sudah. Ayo kembali berlatih!” Seru Kapten inti dari ekstrakulikurer kami, Kazuo Yamada, ehem itu kakak saya.

"Fuaaah, lelah sekali hari ini. Rasanya ingin berendam air hangat." Ucap saya sembari menepuk-nepuk pundak. Anak-anak lain tertawa melihat tingkah saya. 

“Kerja bagus Kapten.” Puji Kak Kazuo sembari mengacak-ngacak rambut saya. Aku hanya tersenyum bangga, mendapat pengakuan dari Kakak sendiri itu susah haha.

Kakak saya, Kak Kazuo, merupakan Kapten tim inti yang bertanggungjawab atas tim basket wanita dan pria, sedangkan saya hanya bertanggungjawab atas tim basket wanita saja. Sebenarnya kami juga tidak berniat menguasai, ternyata Pak Matsuyama, pembimbing kami tidak tahu bahwa kami adalah saudara. Sebenarnya di sekolah kami Kapten tim basket itu anak kelas duabelas, berhubung Kapten tim basket wanita pindah ke luar kota beberapa bulan lalu, terpilihlah saya menjadi Kapten pengganti. 


Sesampainya di rumah, saya bersiap untuk mandi.

"Hey onii-chan, cepat keluar, lama sekali kau di kamar mandi."
"Berisiik, sebentar bawel. Ini mau keluar."
"Naah gitu dong." Buru-buru saya memasuki kamar mandi. 

Saya menenggelamkan kepala saya ke dalam bak mandi yang hangat, muka saya serasa memerah, entah efek air hangat atau suasana hati saya. Saya bahagia. Kejadian-kejadian singkat yang diberikan Kak Jake sungguh sangat melekat di otak saya, rasanya otak saya  memanas hanya dengan memikirkannya. Andai kita tercipta di garis yang sama, aku akan merebut dia dari kekasihnya dan menjadikan dia milik saya. Andai saja..


“Onee-chan, jangan tidur di kamar mandi. Buruan aku mau buang air.” Teriak adikku dari luar.

“Hiii, Haru-chan jorok. Iyaa sebentar, ini nee-chan keluar.”

Haruki Yamada adalah adik saya, iya saya anak tengah dan satu-satunya wanita. Kalau kata ibu saya, saya itu paling cantik, hanya ibu saya yang mengakui saya cantik haha. Haruki atau biasa saya panggil Haru-chan ini masih bersekolah menengah pertama kelas delapan atau biasa disebut kelas dua SMP, jaraknya 3 tahun dari saya. 


Selesai mandi, saya mendengar telepon genggam saya berbunyi, nyaris teriak saya berkata

"INI GAK MIMPI KAN?" Buru-buru saya geser layar untuk menerima panggilan tersebut.
"....." Saya diam, menunggu ia menyapa duluan.
"Hallo Nami" Sapa ia riang.
"Ha..aai Kak Jake" Sapa saya bersemangat terdengar canggung.
“Ada apa ya Kak? Hehe?” Tanya saya ragu, saya hanya ingin memastikan motivasinya menelpon saya.
“Memang tidak boleh telpon ya?”
Astaga, pria ini tidak sadar telah melayangkan nyawa seorang wanita ke langit ke tujuh ya?
“Emm, aku kira Kakak ingin bicara dengan Kak Kazuo hehe.”
“Tidak, aku hanya ingin bicara pada bidadari haha.” Canda Kak Jake.

Gurauan Kak Jake membuat saya benar-benar membuat saya tersenyum malu. Kami mengobrol sampai larut malam, ia bercerita tentang kekasihnya yang mulai menjauh, ah iya ia memiliki kekasih. Saya hanya termangut-mangut patuh mendengarkan, sesekali memberinya saran jika ia meminta pendapat saya. Iya ini percakapan searah. Dan iya ini terjadi terus menerus setiap harinya.

~~~

Otak saya masih berputar dengan hubungan sepihak ini, ah lebih tepatnya perasaan sepihak. Banyak hal yang ingin saya teriakkan, tentang perasaan ini, tentang semua harapan kosong yang ia berikan. Kadang saya berharap dia memiliki perasaan yang sama terhadap saya, saya berharap dia mempunyai keyakinan yang sama dengan sama.
“Sendirian, Nami?” 
Terdengar suara yang menjernihkan hati pendengarnya. Lamunan saya yang terangkai sempurna tentang kehidupan cinta saya dan Kak Jake buyar.
“Eh, Kak.. belum pulang?” Tanya saya ragu.
“Hehe, tadi aku mau pulang lalu melihatmu terdiam di bangku. Aku ganggu ya?”
“Ah enggak, enggak sama sekali Kak hehe. Sini sini duduk.” Senyum saya terurai lebar, mungkin saat ini bibir saya sudah robek, tercabik-cabik oleh kebahagiaan. 

Ah bangku sekolah dengan pohon rindang disampingnya ini sempurna menyinari wajah Kak Jake melalui celah dedaunannya. Sungguh lukisan yang sangat indah, tergambar jelas di otak dan hati saya. Mungkin perlu penghapus super untuk menghapus bayang-bayang manusia sempurna ini.


“Helloo? Nami?” Ah tidak saya melamun lagi.

“Ah iya Kak? Ada apa? Hehe maaf gak fokus nih”
“Dari awal ketemu hobby kamu enggak berubah ya, melamun terus”
Iya Kak, penyebab lamunanku kan kakak. Hanya bersama kakaklah khayalanku bergejolak liar dan membuatku hilang arah. Ah saya tidak mungkin berkata demikian.
“Hehe, iya Kak.” Saya hanya terkekeh mendengar pernyataan Kak Jake dan jawaban batin saya.
“Ini” Dia meletakkan sesuatu di tanganku.
“Apa ini Kak?” Tanya saya ragu, sekaligus memastikan agar jantung saya tidak terlalu berdetak kencang. 
“Itu, entah apa itu namanya. Setahu aku, kamu suka origami kan? Tadi aku iseng membuatnya dengan teman-teman di kelas.”
Saya tidak tahu harus berekspresi seperti apa, linu sekali jantung saya. Saya tidak bisa mengatur detak jantung saya, bahkan saya merasa jantung saya berhenti berdetak beberapa detik. Origami berbentuk burung, ah bukan, entah spesies apa itu. Saya tidak peduli bentuknya, dia memberi saya origami ini saja sudah membuat saya melayang.
“Heii Nami, tuh kan melamun lagi.” 
“Ah iya, oh em.. ya.. oke Kak Jake, terima kasih Kak. Aku akan menyimpannya.” Ah tolong Nami, jangan terlihat gugup seperti itu.
“Haha dasar kamu, itu dibuang juga tidak masalah kok.”
“Hehe” 

Saya hanya tertawa konyol setelah itu. Tak beberapa lama kemudian Kakak saya, Kak Kazuo, datang untuk pulang bersama. Bersyukurlah Kakak saya datang, karena saya tidak ingin memperlihatkan ekspresi konyol saya kepada Kak Jake. Ya Tuhan, saya bahagia. Aku akan menyimpan origami ini.


Namun, itu hanya isapan jempol belaka. Ya, hubungan kami hanya terjebak disitu saja, tidak menemukan jalan keluar. Sebaiknya saya pergi, untuk menghirup udara segar. Sebelum terjebak terlalu lama. Pikir saya. 


Aku disini.. menunggumu di bangku yang sama.. aku masih ingat, pertama kali kau menyapaku. 

Aku ingat kau selalu menghampiriku yang duduk sendiri di bangku itu dan aku ingat ketika kau bercerita tentang orang yang kau suka, dan orang itu bukan aku. 
Awalnya aku menganggapmu sebagai pengganggu, dan semua yang berhubungan denganmu berbeda denganku.
Namun, siapa sangka aku akan ...menyukaimu..
Bahkan kini kau berpindah hatipun kau tetap menceritakannya padaku. 
Sebenarnya terbesit pertanyaan besar di benakku, “Apa arti Minami untukmu, Kak?”
Apa mencinta sesakit ini? 

Malam ini saya menahan tangis sembari menulis blog yang selama ini menjadi tempat saya berkeluh kesah. Saya hanya bisa menyampaikan perasaan saya melalui tulisan, karena ketika bertemu dengannya lidah saya kelu. Saya takut. Semakin larut dalam ketakutan dan kegelapan. Saya tak mampu berpikir, rasanya mual. Setiap saya memejamkan mata, bayangan manusia yang mempunyai kesempurnaan disetiap sisinya muncul. Saya tak ingin seperti ini. Ini salah.

Ini adalah hal yang paling saya takutkan. Apa yang harus saya lakukan untuk menghapusnya?

Wajahnya begitu lekat dipikiran saya. Saya takut untuk memejamkan mata. Saya takut.

Seharusnya saya menjauhinya. Harusnya saya tak pernah mengenalnya. Harusnya saya tak ditakdirkan bertemu dengannya. Dia bukan milik saya. Ini semua salah, perasaan ini harus hilang. Saya ketakutan. Saya hanya ingin sebatas mengagumi saja, saya tak ingin perasaan lebih dari itu. Karena itu salah. Salah besar. Dia jauh dari jangkauan. Berbicara dengannya saja susah.

~~~

"Aduuh, kan lupa bawa bekal."
"Ada apa Mina-chan?" Tanya seorang temanku, namanya Sera.

Sera adalah sahabat saya, dia anak yang sangat lembut dan pemalu. Dia yang mengakui saya pertama kali. Sewaktu kelas 10 kami sekelas, ada kejadian yang membuat saya dijauhi teman-teman saya. Saya bertengkar dengan guru kami, beliau mempermalukan saya karena nilai saya jelek dan membanding-bandingkan saya dengan siswa terpintar di kelas.


“Yamada-san, kamu harus mengulang lagi. Nilaimu jelek sekali, kalau kamu masuk jurusan sosial kamu akan bertemu saya lagi. Karena saya mengajar kelas 12, jadi siap-siap saja!”


Itu ancaman singkat oleh guru saya dan ada beberapa kata yang tidak pantas diucapkan. Guru tersebut memang menyebalkan, tetapi ini sudah kelewatan. Saya memang lemah pada pelajaran tersebut, tetapi beliau tidak berhak berkata kasar sampai mengancam saya seperti itu. Masalahnya saya juga bukan peraih nilai terendah di kelas, tetapi mengapa hanya nama saya yang diucapkan? Saya kesal karena hampir dua semester beliau mempermalukan saya. Ah sudah, saya hanya akan menambah ingatan buruk. Saya tetap menghormati anda pak.


"Ah ini, aku lupa bawa bekal."

"Ya sudah Mina-chan, aku bagi punyaku ini."
"Eh jangan dong, ini kan ada jam tambahan, nanti kau kelaparan. Aku ke kantin dulu ya."
"Mau aku antar?"
"Tidak usaah Sera-chan hehe. Mau titip sesuatu?"
"Ah tidak, ini sudah cukup hehe."
"Aku titip jus melon dong."
"Aku roti isi daging mehehe." Sahut kedua temanku, Remi dan Eri.
"Okee."

Hmm aku harus berhenti memikirkannya. Hanya saja, banyak yang terjadi belakangan ini. Saya berjalan menuju kantin sembari melamun dan berbicara dalam hati, sampai saya mendengar suara yang memilukan.


"Kak Jake tidak ada kegiatan sore ini kan?"

"Tidak ada, ada jeda sebelum pertandingan."
"Kalau gitu, kamu harus datang ke rumahku untuk makan malam."
"Hah? Yang benar?"
"Iya Kak, aku lagi belajar masak soalnya hehe."

Pacar Kak Jake sangat cantik dan manis. Wajahnya yang putih dan bersih laksana salju di musim dingin, badannya yang ramping dan tinggi bagaikan model, rambutnya yang halus terurai panjang bagaikan lukisan yang hidup. Mereka sangat pantas berdampingan.


Just as I thought, seeing it directly is painful.


Kau tahu? Setiap panggilan masuk darimu membuat saya sakit. Membuat saya seperti tertusuk-tusuk mawar yang berduri, membuat jantung menggebu dan perih disaat yang sama. Sungguh. 

Kau ingin tahu alasan saya tidak menjawabnya? Saya takut hilang arah untuk sekian kalinya, saya takut menyakiti diri saya lebih jauh. Saya takut ketika mendengar suaramu dan kembali menaruh harapan. Iya, harapan yang salah, sangat salah. 
Kau ingin tahu alasan saya bertanya siapa ini padamu? Itu karena saya sengaja menghapus kontakmu, untuk menahan diri agar tidak menghubungimu, meski saya tahu itu nomormu. Ternyata menghapus nomor tidak semudah menghapus kenangan-kenangan yang masuk, seolah namamu sudah terukir jelas didalam ingatan saya. Saya pernah mencintaimu.

2 comments:

  1. wkwk i see xD aku ngerti ini siapa haha
    memang menyakitkan wi sekuat hati menahan perasaan, memberikan jawaban yang sebenarnya tidak kita inginkan. but thats made you. ngga semuanya kan semulus yang kita bayangkan ;)
    just keep strong wi, bersikaplah senetral mungkin. suatu saat yang terbaik akan datang :3
    oh iya, ngomong-ngomong, laki-laki yang di ospek gimana? just try it iwii! sometimes kita hanya perlu mencoba, hidup emang ngga kaya fairy tail yang sedih terus menerus dan bahagia terus menerus, hidup itu kaya gelombang, kita hanya perlu mencobanya, menikmatinya. jadi cobalah ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwk emang segitu ketauannya ya fiii? haha
      yup, thats true. hidup gak semulus yang kita bayangkan.
      i'm strong fii, just trying to be. tentu ofii, saya percaya suatu saat yang terbaik akan datang :3
      tunggu ya fii lanjutan ceritanyaa, letak kesalahanku justru disitu :(
      kadang kita terlalu bodoh untuk mengharap ke arah yang salah :)

      Delete