Hai, apa kabar Langit? Ini aku Bulan, masih ingatkah kau padaku? Aku ingin bercerita sedikit tentang Bulan yang mencintai Langit, tentang cinta yang tidak dipersatukan, tentang perasaan yang terluka.
"Bulan sedang apa kau?" tanya Lintang, sahabatku.
"Ah tidak Lintang, aku hanya sedang merenung. Apa bisa Bulan muncul saat Langit sedang berwarna biru? Apa bisa mereka berdampingan?"
"Aku tak mengerti Bulan, kau bicara apa? Kau.." kupotong sebelum Lintang menyelesaikan kalimatnya. Karena aku tahu apa yang akan dia katakan, dia pasti tahu aku memikirkan Langit, seseorang yang pernah hadir dalam hidupku.
"Tidak, tidak hahaha." Tawa getirku, Lintang terdiam, Ia tahu bahwa aku tidak ingin membahasnya lagi.
Orang bilang, ketika seseorang jatuh cinta, ia dengan mudah menuliskan delusinya kedalam sebuah karangan. Belum lagi ketika orang patah hati. Aku bukan kedua-duanya. Aku orang yang cukup datar, hanya menulislah yang aku jadikan pelampiasan kegelisahanku. Meskipun orang bilang tulisanku tak bernyawa. Tapi sangat jelas aku pernah mencintai orang dengan parahnya. Mengapa aku sebut parah? Karena dia seperti influenza, betapapun kamu sembuh, ia akan datang disaat terlemahmu. Dia juga seperti Langit, yang selalu membuatmu melihatnya meskipun kamu enggan.
Sudah dua tahun setelah pertemuan kita, Langit. Aku harap kau baik-baik saja disana.
---
"Aku ada disini, jika kau butuh aku, Bulan." Itu yang selalu Lintang katakan.
Pagi ini aku duduk di bagian belakang rumahku, disini aku bisa melihat Langit biru sesuka hatiku. Dan wajahmu terbayang seketika, meskipun aku enggan melihatmu. Menyebalkan bukan? Langit biru yang hangat ini, menghembuskan sedikit angin dingin pagi, aku tidak benci itu. Aku suka, suka sekali.
You're just like a light to me, a hero that saved me from darkness. Even though you don't resemble light at all, but you are light to me. Thank you.
Hi sky, you are bright as usual. Very sparkling. Aku tahu kau memang jauh dari jangkauanku, sangat jauh. Dan aku enggan berada di dekatmu, di dekatmu aku jadi merasa bukan aku, konyol sekali kan? Jadi aku memutuskan untuk menjauh, menjadi orang asing yang memantaumu dari bawah sini, sedangkan kau terus terbang jauh diatas sana, Langit.
Suatu saat jika aku siap, aku ingin menemuimu, aku ingin minta maaf karena sifatku yang kekanak-kanakan dan terus menjauhimu. Aku juga ingin berterimakasih atas segala kebaikanmu, and thanks to you i love the way i am now.
No comments:
Post a Comment