Sementara itu, aku duduk di tempat tidur penunggu pasien. Ibu menungguiku sejak siang tadi, beliau pulang hendak mandi dan bebenah untuk kebutuhanku yang tertinggal. Sedangkan Ayahku sedang mengantarkan keluarga guru ku yang tadi mengunjungiku. Mereka mempunyai bayi kecil, ayah dan aku tidak tega melihat bayi sekecil itu terkena air hujan. Lalu, beliau mengantarnya.
Sunyi. Tenang. Dingin. Itulah suasana yang tergambar saat ini. Namun, hanya dengan melihat taman rumah sakit yang terkena rintikan hujan ini membuatku tenang. Udara segar yang tercium saat hujan masuk ke celah-celah pintu kamar rumah sakit membuatku nyaman. Suara petir atau kilatan guntur tak kuhiraukan. Terhapus oleh rasa syukurku kepada-Mu yang telah menghadirkan hujan ini sebagai teman dikala sepiku :)
tiba-tiba kuteringat pada kawan-kawanku yang siang dan sore tadi menjengukku. Mereka adalah kawan yang luar biasa. Aku bangga mengakui mereka sebagai kawanku. Disaat aku berpikir, "apa mereka datang?" , "mereka tau gak ya, aku di kamar nomor berapa?" , "masih pedulikah mereka padaku?" , dan sekarang pertanyaan tersebut terjawab sudah.
Hujan ini mungkin akan sedikit menghambat ibuku kesini, tetapi itu tak masalah. Jadi, beliau dapat menemani adikku yang hendak menghadapi ujian esok hari. Aku memang bukan kakak yang baik, kalau aku jadi dia aku pasti akan cemburu. Karena orang tua yang seharusnya menemaninya saat menghadapi ujian malah tidak disampingnya. Adikku adalah sosok yang luar biasa. Tidak kekanak-kanakkan seperti siswa SMP yang lain. Aku yang sebagai siswi SMA pun malu jika dibandingkan dengannya.
Allah melihat kecemasanku ini, kerabatku menjengukku. Kerabatku membawa anak perempuan yang kira-kira berusia 3 tahun, dia ketakutan melihat tanganku yang diinfus. Aku ingin tahu, apa yang dipikiran anak itu. Apakah dulu aku begitu? Setelah berbincang-bincang sekitar 20 menit. Kedua orang tua ku datang bersamaan. Lega, itulah yang kurasakan.
Hospitalized Girl
photographed by Mom, object and edited by Hajar Intan Pertiwi
No comments:
Post a Comment