Malam, kali ini saya akan bercerita kegundaha saya dalam mengerjakan Tugas Akhir. Saya adalah perempuan yang sangat menyukai kata-kata, anggaplah saya merupakan bagian dari kata-kata. Belajar bahasa merupakan hal yang paling menyenangkan, dari bahasa indonesia, bahasa inggris, dan bahasa jepangpun bisa saya taklukkan. Tapi aku mengalami kesulitan dalam memahami bahasa pemrograman, hahaha tentu saja itu lelucon.
Saya penulis cerpen, ya saya tidak bilang bahwa saya terkenal. Saya hanya dikenal dikalangan saya sebagai penulis cerpen, karya saya beberapa kali memenangkan lomba tingkat kampus dan tingkat provinsi, profil saya pernah sekali dimuat di Radar Tegal. Dan beberapa karya saya dimuat di Mata Kampus, yakni Majalah Kampus Politeknik Harapan Bersama. Saya merasa kurang saat mempelajari cerpen, yang tadinya hanya penulis blog, kini sudah dimuat di media cetak, dan ingin sekali membuat Kumpulan Cerpen sendiri.
Dan kembali ke bahasa pemrograman, mana ada bahasa dari lisan dan tulisan kata-kata disamakan dengan bahasa yang peling ruwet yang membuatmu pusing. Entahlah. Saya mengalami kebosanan dalam mempelajarinya. Saya tahu, saya hanya sedang setengah-setengah. Bagi pengikut blog saya, pasti kalian tahu kalau penyakit "setengah-setengah" saya muncul, pasti sangat menjengkelkan.
Ketika seseorang berkata "payah" padaku, wajah saya seperti ditampar. Yang paling mengganggu saya adalah karena ia benar. Aku mengerjakannya setengah hati. Saya berperang melawan banyak ketakutan serta keraguan di benak saya. Apakah saya berbakat dibidang Programming? Bagaimana kalau saya buntu ditengah-tengah? Akan jadi apa saya setelah lulus nanti? Bisakah saya membahagiakan Ibu, Bapak, Mamas, dan Adek nanti? Atau saya akan tetap menjadi benalu yang terus-terusan merepotkan semua orang? Emm, tentu saja keluarga saya tidak pernah mengatakan saya benalu, tapi ya saya sendiri yang menyadari hal tersebut hahaha. Segera jelaslah bagi saya kalau saya ketakutan, ketakutan berkompetisi, ketakutan mengecewakan, ketakutan mecoba dan mungkin gagal. Dan semua ketakutan ini menghambat saya untuk mengerahkan yang terbaik.
Seperti yang tertulis buku yang tiga tahun lalu saya pelajari dan praktekkan, The 7 Habits of Highly Effective Teens karya Sean Covey, buku yang diberikan Bapak saat saya memutuskan untuk kuliah, meninggalkan Tugas Akhir saya atau menguatkan komitmen saya.
Saya baca tulisan Arnold Bennett di buku tersebut yang menggambarkan dilema saya, "Yang tragis adalah orang yang seumur hidupnya tidak pernah mengerahkan seluruh kemampuan maksimalnya."
Karena tidak pernah mengalami tragedi, saya memutuskan untuk mengerahkan kemampuan maksimal saya. Saya memutuskan untuk berhenti bersikap tanggung-tanggung. Saya tidak tahu apakah saya berpeluang untuk sidang bulan depan, tetapi kalaupun tidak, setidaknya saya sudah mencoba.
"Saya bertekad."Saya menang dari pergumulan batin. Ini masih menjadi proses saya untuk mengerahkan kemampuan. Semoga saya bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat waktu. Aamiin.
No comments:
Post a Comment